Jumat, 06 November 2015

Kepingan Masa Lalu Damar

Damar adalah seorang lelaki yang sedang ingin berubah dalam jejak kebaikan. Dalam memori nya yang berputar-putar sejak kecil hingga dewasa hidupnya begitu urakan semaunya. Bahkan suara ibunya tidak pernah didengar. Segala nasihat orangtuanya diabaikan. Tak perduli juga dengan suara guru yang membimbingnya, semua begitu sumbang tak pernah masuk dalam gendang telinganya. Penyesalan demi penyesalan bagai kepingan puzzle yang penuh duka dan murka. 


Adalah Damar muda yang selalu ikut tawuran sejak duduk dibangku sekolah, selalu hidup dengan teman-teman di pinggir jalan, bergadang dengan menyanyi lagu-lagu cinta yang melenakan. Tak lulus SMA membuatnya memilih menjadi anak jalanan yang hidup bebas dalam pelukan malam. Dari kehidupan yang tidak ada aturan agama bahkan norma. Mengeja dosa yang tanpa jeda. 

Kepulan asap selalu menyembul dari mulutnya, aroma alkohol sudah menjadi parfum kehidupannya, gonti-ganti wanita yang tidak jelas membuatnya semakin bebas menebas nafsu. 

Tangisan pilu seorang ibu yang selalu merasa bersalah telah melahirkan Damar menjadi seseorang yang bermandikan dosa. Doa-doa panjang ibu Damar seakan belum membukaan hati Damar sedikitpun. 

Cibiran serta cacian menjadi santapan keluarga Damar sehari-hari. Tak jarang ada beberapa pula yang peduli dan mencoba menasehati Damar. Karena begitu iba melihat tangisan ibu Damar yang tidak ada hentinya. 

Damar kecil yang lucu, anak semata wayang yang sangat disayangi ibu dan bapak Damar. Hampir semua permintaan Damar kecil selalu dituruti. Damar kecil pun hidup dengan segala kelimpahan.

Satu hal yang membuat ibu dan bapak Damar menyesali bahwa Damar kecil tak pernah mengenal agamanya. Hidup bagai anak raja dengan pelayanan super mewah. Tak ada rasa bersyukur ataupun cara memohon ampun kepada Sang pencipta. 

Saat ini, bisnis bapak Damar yang di dambakan telah habis untuk membayar kehidupan Damar. Ibu Damar yang selalu menyanjung Damar sejak kecil harus menanggung malu dengan polah yang acuh. 

Benarkah ini yang dinamakan kegalalan parenting yang tidak bisa diulang kembali. Andai Damar kecil mengenal Tuhannya, maka hidupnya tidak akan segersang saat ini. 

Suara hati ibu Damar, 
"Maafkan ibu yang sering meninggalkanmu demi eksistensi, maafkan bapak yang tak pernah mengajarimu ilmu demi pundi-pundi harta dan masa depanmu. Kami lupa bahwa kau anak kecil yang polos yang harus diasuh, asah dan asih. Agar engkau tahu arti kehidupan." 

Waktu telah memakan usia. Ibu bapak yang semakin menua. Damar tak bisa lagi menuntut banyak. Apalagi sejak kepergian bapak untuk selama-lamanya. Hanya air mata ibu Damar yang tiada pernah reda. Hati Damar mulai mengiba, ada rasa menusuk sukma. Damar mulai bercermin luka. Menyesali setiap langkah nan berlumpur dosa. Getir menyayat raga, Damar tak bisa lagi mengulang masa yang hilang. 

Kegagahan Damar semakin sirna, saat sang bunda pun tiada. Kesendirian membuatnya semakin gila. Walau panggilan jiwa selalu rindu pada Sang Pencipta. Kini Damar hanya bisa bertahan untuk mengeja jalan pulang. Mengumpulkan poin kebaikan agar dapat membuka pintu Jannah-Nya. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman