Kamis, 05 November 2015

Pernikahan Dini dan Doni

Dini berusia 21 tahun, sejak lulus SMA langsung bekerja dan tak lama ada jodoh yang menjemput. Tak lain tak bukan adalah tetangganya beda RT dan RW. Ya masih satu kelurahan dan satu kecamatan lah. Rumah yang tak terlalu jauh inilah yang membuat Doni begitu melihat rupa ayu dan cantik Dini langsung terpana. Playboy dari bangku sekolah ini pun segera insyaf dan berniat ingin menikahi Dini. Tidak ada pilihan yang Doni lakukan, menikah adalah satu syarat yang Dini ajukan kepada siapapun lelaki yang mengajak kencan padanya. 
"No pacaran, menikah Yes!" tegas Dini 


Hal tersebut membuat Doni serasa tertantang. Akhirnya setelah lamaran dan menentukan tanggal pernikahan. Doni dan Dini melakukan akad nikah dilanjut resepsi. Tidak satu tempat saja, di rumah mempelai wanita dan seminggu kemudian di tempat mempelai pria. Inilah pembuktian cinta Doni pada Dini.

Dini begitu bahagia, Doni yang katanya playboy begitu setia. Dini juga bahagia ternyata banyak kejutan yang diberikan Doni padanya. Dini pun hamil, sekarang Doni yang begitu senang, Doni akan menjadi seorang ayah. 

Sejak hamil, Dini mulai diatur-atur hidupnya oleh Doni. Tidak boleh bekerja lagi, tidak boleh bepergian, harus tiduran di kamar terus, tidak boleh makan sembarangan, tidak boleh naik motor, dan larangan lainnya walaupun ada yang baik namun begitu over.

Dini kaget bukan main, apalagi masalah pekerjaan. Bukan karena tidak percaya rezeki Allah yang mengatur. Doni bukan pria mapan, pekerjaan masih kontrak dan gaji masih pas-pas an untuk makan dan bayar cicilan motor. 

Dini sering menangis, karena pendapatnya tak pernah didengar. Semakin hari semakin  dipaksa untuk berkata iya pada suaminya Doni. Doni pun sering kesal apabila Dini keluar rumah walau cuma  beli bawang merah ke warung. Sikap cemburu Doni semakin los kontrol. 

Dini tetap tabah, ketabahannya harus semakin luas lagi, tat kala Doni sudah habis kontrak. Saat ini masalah keuangan keluarga muda ini benar-benar goyah. Tidak punya tabungan untuk melahirkan, tidak mampu bayar cicilan motor hingga dibantu oleh ayah Dini yang membayarkan. 

Dini semakin sesak, ketika Doni sering bergadang. Sering pula Doni jadi sakit-sakitan. Sejak menganggur Doni sebulan bisa full setiap hari sakit lambung. Bahkan Dini yang tengah hamil tua pun harus lelah-lelah merawat Doni. Sikap Doni semakin tak karuan, kalau dinasehati dia manut-manut merpati, setelah itu lupa kembali dan keasyikan nonton televisi.

Mertua Doni atau ayah Dini menawarkan usaha dengan cara berjualan pemotongan daging ayam. Sudah pasti Doni menolaknya. Dari keluarga Doni pun semua membenci kelakuan Doni yang kurang semangat hidup dan mencari nafkah. Namun semua tidak diperdulikan Doni. Doni tetap melakukan semua aktivitasnya sesuka hatinya. 

Ibu Doni yang memanjakan anak bungsunya itu selalu membela Doni dan menyalahkan Dini yang tidak bisa apa-apa. Dini yang benalu tidak bisa cari kerja lagi buat bantu suaminya. Nafas Dini sesak, sesesak perutnya yang semakin membuncit. 

Dini hanya bisa berdoa kepada Allah, agar suaminya diberi kesehatan dan motivasi hidup untuk menjadi kepala keluarga kembali. Setiap sholat, Dini selalu mengaji. Memasrahkan keadaan pada Ilahi. Semua takdir ini dihirupnya seorang Diri. Dini tidak mau berbagi kesedihannya pada orangtuanya, karena mereka pasti akan tambah sedih.terutama ibu Dini yang pasti akan menangisinya terus menerus. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman